Laman

Selasa, 25 Mei 2010

Indonesia Kehilangan Tokoh Wanita Terbaik
In Memoriam : Dr Hasri Ainun. Alamarhumah ketika mendampingi suaminya, BJ Habibie.
Selasa, 25 Mei 2010

JAKARTA, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Indonesia telah kehilangan salah seorang tokoh wanita terbaik dengan meninggalnya Ibu Hasri Ainun Habibie, istri mantan Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie.

Dalam sambutannya selaku inspektur upacara pada upacara pemakaman Ibu Ainun yang dilangsungkan secara militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Selatan, Selasa, Presiden mengatakan Ibu Ainun tidak hanya seorang Ibu Negara yang penuh kasih, namun juga pejuang kemanusiaan yang tulus serta ibu dari sebuah keluarga panutan.

"Beliau telah mendampingi Presiden Republik Indonesia Ketiga, Bapak Prof Dr Bacharuddin Jusuf Habibie, dalam menunaikan tugas-tugas kenegaraan yang sangat berat," ujar Presiden.

Ibu Ainun, lanjut dia, dengan penuh kesetiaan dan kepercayaan senantiasa mendampingi Presiden Habibie melewati hari-hari yang tidak mudah dalam salah satu periode sejarah yang sangat menentukan ketika negara Indonesia diguncang krisis pada 1998-1999 berbarengan dengan mulai dilaksanakannya reformasi nasional yang dramatis dan berskala besar.

"Dalam suka dan duka, beliau selalu tegar menjalankan tugas sebagai Ibu Negara bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara yang kita cintai," ujar Presiden.

Pemakaman Ibu Ainun yang lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada 11 Agustus 1937 di TMP Kalibata secara militer merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan dari Negara dan Pemerintah atas jasa dan pengabdiannya kepada negara dan bangsa.

"Sepanjang hidupnya, beliau telah menunjukkan dharma bakti terbaiknya dengan penuh ketulusan. Dedikasi yang tak berkesudahan kepada nilai-nilai kemanusiaan menjadi bukti nyata keteladanan beliau," tutur Presiden.

Hingga akhir hayatnya, Ibu Ainun yang sempat menjadi asisten ahli di bagian anak RS Cipto Mangunkusumo adalah Ketua Umum Perhimpunan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) dan Pengurus Yayasan Amal Abadi Beasiswa Orang Tua Bimbing Terpadu (YAAB-ORBIT).

Berkat pengabdian dan jasa-jasanya di bidang kemanusiaan, Ibu Ainun yang lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 1961 itu dianugerahi Bintang Republik Indonesia Adipradana, dan Bintang Mahaputra Adipurna.

Presiden dalam sambutannya berharap agar berbagai aksi kemanusiaan bersifat universal yang dilakukan oleh Ibu Ainun Habibie dapat berlanjut untuk kehidupan yang lebih baik.

"Pada kesempatan yang khidmat ini, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendoakan beliau. Semoga keikhlasan Almarhumah dalam mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara dengan segala amal ibadahnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Kuasa," tutur Presiden.

Kepada BJ Habibie dan seluruh keluarga yang ditinggalkan, Kepala Negara berharap agar Tuhan senantiasa memberikan ketabahan dan kesabaran mengatasi cobaan dengan tabah, ikhlas, dan tawakal.

BJ Habibie yang mengenakan kemeja batik bernuansa coklat tua selama prosesi pemakaman berlangsung sekitar 45 menit terlihat sedih.

Saat berjalan mengiringi peti jenazah dari pintu masuk TMP Kalibata hingga liang lahat, Habibie yang berjalan di samping Ani Yudhoyono dan didampingi dua cucunya bahkan sempat beberapa kali meneteskan air mata.

Ibu Ainun menikah dengan BJ Habibie pada 12 Mei 1962 dan dikaruniai dua putra, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.(ANT)


Mengenang Ibu Ainun Habibie
Selasa, 25 Mei 2010
Mantan Presiden RI BJ Habibie punya banyak kisah yang membuatnya bahagia. Yang utama adalah sang istri, Dr Hasri Ainun Habibie.
Pada tahun 1963, beberapa mahasiswa Universitas Aachen menunggu di Bandara Dusseldorf, menanti kedatangan seniornya, BJ Habibie, yang membawa pasangannya yang baru.

Begitu diperkenalkan, kesan pertama kami adalah alangkah serasinya kedua sejoli ini dari segi penampilan, Habibie tidak tinggi dan Dr Hasri Ainun Besari Habibie (Ainun) tidak lebih tinggi dari suaminya.

Ia murah senyum, terlihat anggun dan menyerahkan semua percakapan kepada suaminya. Kami, anak mahasiswa Aachen, memang sudah terbiasa dengan sifat Rudy—panggilan Habibie—yang ramai, tetapi ramah. Kesan lain yang kami dapati adalah, Ainun seorang tokoh yang tidak ingin menonjol dan sengaja berada di garis belakang, tetapi bukan berarti tidak berbobot.

Mendukung dari belakang
Dalam sejarah perkenalan saya dengan keluarga ini, kesan pertama itu diperkuat lagi oleh kuatnya pendirian Ainun dalam mendukung suaminya dari belakang. Ia sangat memahami tugas-tugas suaminya dan bagaimana dengan setia mendampingi dan mendukung suaminya. Ke mana pun sang suami pergi, beliau dengan setia dan sabar mendampinginya, tidak saja secara fisik, tetapi juga dengan kata-kata dan nasihat yang bermakna.

Misalnya, sewaktu Sidang MPR tahun 1999, kata-kata kasar dari anggota DPR tetap diterima dengan anggun dan, di rumah, Ainun membantu Rudy mengatasi kecaman-kecaman yang diucapkan tidak pantas itu. Banyak dari kami yang mengatakan bahwa Ainun adalah contoh istri yang ideal, tidak menonjol tetapi menjadi satu kesatuan dengan suaminya karena selalu mendukungnya dari belakang.

Seorang sosok yang cantik, anggun, pintar, tetapi pandai menempatkan diri dalam pergaulan sehari-hari dan perjalanan karier di samping suaminya. Apalagi sang suami adalah seorang yang dinamis dan penuh dengan energi.

Dalam berbagai kesempatan, Rudy menyatakan di depan umum betapa Ainun menjadi penopang dan pendorong dalam hidup dan aktivitasnya. Betul pula pepatah yang menyatakan bahwa "di balik seorang laki laki yang sukses bisa didapati wanita yang telah mendukungnya".

Mereka mengalami masa pacaran yang singkat, tetapi cukup mengesankan. Mereka berpacaran di atas becak malam hari dengan jok tertutup kendati saat itu tidak sedang hujan.

Pada masa awal pacaran mereka, setelah Ainun menerima lamaran Rudy, Rudy secara reguler mengantar Ainun pergi bekerja ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, tempat Ainun bekerja di bagian anak-anak. Biasanya, Rudy menjemput Ainun memakai becak, sesudah itu mereka berjalan meninggalkan kompleks RSCM.

Mereka mengalami masa pacaran yang singkat, tetapi cukup mengesankan. Mereka berpacaran di atas becak malam hari dengan jok tertutup kendati saat itu tidak sedang hujan.

Pernah pula ketika sedang pacaran mereka ketemu dengan rombongan teman-teman Ainun dari Fakultas Kedokteran. Salah seorang bertanya, "Siapa sih nama tunanganmu Ainun?" Seorang lagi memotong, "Namanya Bacharuddin Jusuf Habibie. Orang Arab lagi." Ainun tersenyum lalu berkata, "Ini orang Arab-nya," sambil menunjuk Rudy yang berada di sebelahnya. Teman-teman Ainun kaget, Rudy hanya senyum-senyum.

Selalu mengingatkan
Mereka menikah 12 Mei 1962 dan Ilham—putra mereka pertama—lahir pada 1963 di Jerman karena, setelah menikah, Ainun langsung di boyong ke Jerman. Di situ mereka hidup dalam rumah tangga anak muda, berpahit-pahit karena penghasilan Rudy sebagai mahasiswa tingkat doktoral masih sangat kecil, pemasukan harus pula disisihkan sebagian untuk ditabung.

Masa itulah masa berat mereka di awal-awal pernikahan. Ketika saya harus ke Holland (Belanda dengan Aachen sangat dekat), Rudy menitipkan kepada saya untuk membelikan kereta dorong bayi karena harga di Belanda lebih murah.

Ainun sangat mencintai dan selalu memberikan perhatian besar kepada suaminya. Ketika masih menjadi Menristek/Ketua BPPT, Rudy sering pulang terlambat dari kantor, biasanya bisa lewat dari pukul 22.00. Jika sudah terlambat seperti itu, Ainun menelepon langsung dari rumah mengingatkan agar Rudy segera pulang karena harus menjaga kesehatan. Rudy biasanya minta kepada sekretariat agar menjawab "Bapak sudah menuju lift", padahal sebenarnya ia masih duduk di kursi dan meneruskan pekerjaan, tidak langsung pulang.

Perhatian Ainun juga tertuju pada makanan Rudy sehari-hari. Ia selalu menjaga kalori yang pantas dalam asupan suaminya. Ia memberikan batasan-batasan makanan apa saja seharusnya yang dikonsumsi.

Perhatian Ainun juga tertuju pada makanan Rudy sehari-hari. Ia selalu menjaga kalori yang pantas dalam asupan suaminya. Ia memberikan batasan-batasan makanan apa saja seharusnya yang dikonsumsi. Karena itu, Rudy sangat tertib dalam hal makanan jika Ainun ada di dekatnya. Namun, jika Ainun tak ada, saya lihat Rudy sering melanggar pantangan yang diberikan Ainun.

Hal lain yang menarik adalah soal waktu. Kita semua tahu jika Rudy memberikan sambutan dan berceramah biasanya selalu panjang melebihi batas waktu yang dijatahkan. Namun, jika Ainun hadir, almarhumah biasa memberikan isyarat agar segera berhenti dan Rudy dengan jujur menyampaikan kepada hadirin, ia akan segera menghentikan pidato dan ceramahnya karena sudah mendapat isyarat dari Ibu Ainun agar berhenti.

Suatu waktu, pada acara salat tarawih di kediaman beliau di Jalan Patra, Rudy diberi kesempatan menyampaikan sambutan kepada jemaah. Ternyata, sambutan Rudy berkepanjangan. Melihat jemaah sudah gelisah karena masih akan dilanjutkan acara tarawih, Ibu Ainun melalui salah seorang cucunya meminta supaya memberikan isyarat kepada "eyang kakungnya" agar mengakhiri sambutan.

Sang cucu memang menjalankan tugasnya dan tampil ke depan mengayunkan tangan seperti kalau sedang salat. Rudy mengerti isyarat itu dan mengakhiri sambutannya. Namun, ia tidak lupa berkomentar, "Itu pasti disuruh oleh Ibu Ainun." Jemaah pun tertawa.

Ainun penuh dengan energi dan tidak saja aktif sebagai ibu rumah tangga meski suaminya menteri dalam Kabinet Pembangunan. Ia aktif dengan berbagai kegiatan di bidang organisasi wanita: Dharma Wanita Pusat, Ria Pembangunan, dan banyak kegiatan sosial di bidang anak dan manula. Namun, beliau sangat religius dan pengajian secara teratur dilakukan di rumahnya.

Sewaktu menjadi Ibu Negara saya sangat terkagum-kagum bagaimana Ainun bisa mempunyai stamina dan membagi waktu untuk mengikuti setiap acara Presiden, baik di dalam maupun di luar kota. Menerima lebih banyak lagi tamu di luar kegiatan keluarga. Dan, di samping itu, ia masih dapat membagikan kepedulian dalam kegiatan sosial.

Sewaktu menjadi Ibu Negara saya sangat terkagum-kagum bagaimana Ainun bisa mempunyai stamina dan membagi waktu untuk mengikuti setiap acara Presiden
Setelah Rudy tidak lagi menjabat di pemerintahan, Ainun masih aktif dalam kegiatan sosial. Misalnya menjadi Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI), Wakil Ketua Dewan Pendiri Yayasan SDM Iptek, mendirikan Yayasan Orbit dengan cabang di seluruh Indonesia. Juga memprakarsai majalah teknologi anak anak Orbit. Semasa gejolak di Aceh pada tahun 2000-an, Ainun mengadakan beasiswa ORBIT khusus untuk siswa Aceh.

Ibu Ainun sudah tiada, meninggalkan kita dengan banyak kenangan yang manis dan berkesan. Meskipun tak banyak diekspos media, banyak tindakan beliau semasa hidup yang menjadi suri teladan bagi kita semua. Kasih sayang dan cinta tidak saja dibagi dengan suami, anak, dan keluarga, tetapi juga dengan masyarakat.

Bagi saya, Ainun betul-betul sosok ibu dari anak-anak negara dan seorang istri teladan.

SEJAK kita merdeka belum terjadi seorang presiden atau istri presiden kita yang sedang menjabat wafat. Soekarno, Soeharto dan Abdurrahman Wahid wafat setelah mereka tidak lagi menjabat.

Bagaimana dengan istri-istri presiden? Hanya Ibu Tien Soeharto yang meninggal dunia ketika suaminya sedang menjabat. Beliau wafat bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha tahun 1996, sama seperti ketika mantan Wakil Presiden Adam Malik meninggal dunia dan dishalatkan di Mesjid Istiqlal oleh EZ Muttaqien yang menjadi imam shalat Idul Adha tahun 1984.

Bahkan malam harinya, konduktor Zubin Mehta dengan orkes simfoninya, mengheningkan cipta untuk Adam Malik sebelum bermain di Balai Sidang Jakarta.

Indonesia pertama kali kehilangan istri pendamping presiden, ketika Ibu Fatmwati Soekarno wafat di Kuala Lumpur, Malaysia tahun 1979. Saat itu nama Soekarno sangat haram untuk diungkit-ungkit. Mau tidak mau kepergian Bu Fat (panggilan akrab), membuat semua orang terkenang saat-saat negeri ini berada dalam kritis masa perjuangan kemerdekaan.

Saya begitu trenyuh, ketika mengetahui bahwa bila ada acara-acara keagamaan Islam yang dihadiri Presiden Soekarno, Bu Fat lah yang mengaji membacakan kitab suci. Begitupun dengan Ibu Inggit yang selalu memberi kode-kode tertentu pada telur yang dikirim ke suaminya saat di penjara Sukamiskin.

Kalau telurnya retak, artinya banyak kerusuhan kecil di luar sana terhadap kezaliman kolonial Belanda. Atau memberi tanda-tanda khusus pada huruf Arab pada Quran yang dikirim ke suaminya. Nanti Soekarno akan merangkaikan tanda-tanda itu menjadi sebuah berita penting. Mengirim surat tentu akan disensor bahkan dilarang oleh petugas penjara.

Ibu Inggit Garnasih hidup dalam kesederhanaan yang sangat keterlaluan. Tahun 1981 pernah terbetik berita bahwa cucunya akan melelang surat nikah Inggit dan Soekarno untuk kebutuhan perut, sambil Ibu Inggit membuat jamu tradisional untuk nafkahnya.

Ketika ada bukti-bukti bahwa Soekarno pernah minta maaf kepada Belanda saat menjadi suaminya, agar dia jangan dipenjara dan berjanji menghentikan agitasinya melawan Belanda, Inggit ngamuk seolah bangkit dari kerentaan yang lemah. “Pamali! Kusno melakukannya!” Bahkan Wakil Presiden Adam Malik menolak fakta itu.

Inggit telah wafat tahun 1984 dan dimakamkan dalam kesederhaan dan kesepian. Lalu menyusul kepergian Ibu Hartini yang wafat pada tahun 2002 ketika anak tirinya menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Kini, kembali Indonesia kehilangan istri presiden yang bersahaja dan paling bersiih dari hiruk pikuk kesibukan suaminya sebagai presiden Indonesia. Ibu Hasri Ainun Habibie, istri Presiden Baharuddin Jusuf Habibie wafat di Muenchen, saat klub sepak bola kota itu kalah bertanding merebut Piala Champions.

Kiprah Ibu Ainun jarang terdengar dan membuat garis hijau yang jelas antara dia dengan suaminya sebagai presiden. Tidak seperti Nancy Reagan, istri Presiden Ronald Reagan, yang banyak kalangan disebut sebagai “the real US President”, karena pengaruhnya yang sangat kuat pada kebijakan suaminya.

Ibu Ainunlah yang membuat suaminya menjadi presiden yang begitu enerjik dan paling enerjik dalam sejarah bangsa ini. Habibie sangat responsif dan terbuka dalam kesehariannya sebagai presiden. Ini tak lepas dari peran Ibu Ainun yang tekun mendampingi suaminya. Banyak orang bilang Ibu Ainun seperti oksigen bagi suaminya.

Saya tak bisa menduga bagaimana kekuatan suaminya setelah ditinggal pendamping setianya. Ketika Ibu Tien wafat tahun 1996, tahun-tahun berikutnya menjadi waktu yang melemahkan suaminya, sehingga membawanya pada akhir kekuasaan di tahun 1998.

Saya secara pribadi bangga dengan Ibu Ainun. Hanya beliaulah istri presiden yang satu-satunya satu almamater dengan saya. Ibu Ainun adalah lulusan fakultas kedokteran Universitas Indonesia, sebelum menikah dengan seorang pemuda yang kelak menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Terbayang ketika Soekarno mengumumkan mobilisasi umum untuk merebut Trikora tahun 1961, pasti Ibu Ainun ikut digembleng untuk ikut bersiap-siap melakukan apa saja sebagai mahasiswa kala itu.

Sebuah majalah mingguan berita nasional terkemuka, pernah memberitakan bahwa sebelum dikirim ke Jerman atas usaha Muhammad Jamin, Habibie dan pemuda-pemuda lainnya digembleng di Istana Merdeka oleh Presiden Soekarno.

Entah secara kebetulan, kepalanya Habibie dipegang-pegang oleh Soekarno, sambil ditunjuk-tunjuk untuk memberi semangat sebagai contoh kepada lainnya. Mungkin saja Soekarno tertarik melihat sorot mata Habibie muda yang begitu tajam dan ini mungkin juga menjadi daya tarik Ibu Ainun untuk menjadi pendampingnya seumur hidup.

Setiap istri-istri presiden Indonesia, selalu melakukan hal yang terbaik dan proposional sebagai fungsinya pendamping lahir batin sang suami atau istri (bagi Taufik Kiemas). Kita tak bisa membayangkan, bagaimana Soekarno tanpa Bu Inggit, tanpa Bu Fatmawati, tanpa Bu Hartini, tanpa Dewi. Apa jadinya Soeharto tanpa Ibu Tien. Rasanya Gus Dur pun tak akan tegar memimpin negeri ini tanpa kehadiran Ibu Shinta.

Kehadiran istri-istri presiden Indonesia mempunyai tempat sendiri dalam sejarah bangsa ini. Bagaikan sebuah taman yang asri, istri-istri presiden bak bunga warna warni yang memancarkan parfum, sehingga membuat suami mereka selalu tegar. Ibu Ainun adalah satu dari bunga-bunga yang cantik itu.

Selamat Jalan Ibu Ainun… (*)

Selasa, 11 Mei 2010

Pendukung Ayudik Bertambah

Muara Teweh, Pelita

Dukungan terhadap Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Kalteng. Ir H Achmad Yuliansyah MM-Kolonel Inf (Purn) H Didik Salmijardl (Ayudik) terus melimpah. Dukungan tak hanya berasal dari dalam dan pinggiran Kota palangkaraya, namun juga berasal dari sejumlah kabupaten di Kalteng. Mereka menyatakan dukungan kepada pasangan yang menyingkat nama mereka Ayudik ini.

Hal tersebut terbukti dengan terus berdatangannya sejumlah kelompok masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun pengurus organisasi kemasyarakatan ke Pusat Posko Persatuan Ayudik di Jalan Dipo-negoro Palangkaraya. Rata-rata mereka bersimpatlk kepada pasangan Cagub dan Cawagub Kalteng yang diusung Partai Golkar dan Demokrat Ini.

Pengurus Media Center Pusat Posko Persatuan Ayudik Aprianoor SH mengatakan kebanyakan mereka ada yang ingin menyatakan turut bergabung memenangkan pasangan Ayudik pada Pemilukada 5 Juni 2010. Mereka berasal dari sejumlah daerah di Kalteng, seperti Muara Teweh. Gunung Mas. Lamandau. Seruyan. Pangka-lanbun. Sampit, Sukamara dan daerah lainnya. Mereka rela Jauh-jauh datang dari desa mereka yang berada di pelosok, (uzi)


Ayudik Protes Tema HUT Kalteng Disusupi Incumbent
Senin, 10 Mei 2010 | 09:17 WITA

faturachman
H Achmad Yuliansyah

PALANGKARAYA, SENIN - Tim Kampanye bidang advokasi litigasi, Pasangan Calon Kepala Daerah Kalteng, H Achmad Yuliansyah-Didik Salmuijardi (AyuDik), Rahmadi G Lentam, memprotes tema HUT Kalteng ke-53 karena dinilai kental nuansa politis yang dilakukan oleh Pasangan Incumbent.

Dia meminta mewaspadai dan sebagai bahan panwaslu Calon Urut 2 mempergunakan fasilitas dan jabatan dalam tema Hut Kalteng ke 53 melalui surat nomor 003.3/442/I.1/ADPUM, tanggal 26 April 2010 yang ditandatangani Wagub jo. SK Gubernur Kalteng No.188.44/56/2010 tanggal 17 Pebruari 2010 mengenai Logo, Tema dan Sub Tema HUT Kalteng.

Dalam tema tertulis: "Dengan hari jadi ke-53 Provinsi Kalteng dan falsafah huma betang kita teruskan dan tuntaskan membuka keterisolasian menuju masyarakat sejahtera dan bermartabat" dan sub tema: "Melalui Hari Jadi ke-53 Provinsi Kalteng dan Kita Teruskan Dan Tuntaskan Percepatan Pembangunan Yang Berkeadilan Dan Merata".

Hal itu identik dengan isi baliho dan spanduk kampanye mereka yang isinya : "Teruskan dan Tuntaskan Membuka Keterisolasian Menuju Kalteng Yang Sejahtera dan Bermartabat". surat ini ditujukan kepada Bupati/Walkot, Instansi Pemerintah dan Swasta Se Kalteng.

Lebih 7 Ribu Siswa SMA Kalteng Ikuti Ujian Nasional Ulangan

TEMPO Interaktif, Palangkaraya - Sebanyak 7.344 siswa SMA/SMK/MA se-Kalimantan Tengah, terdiri dari 5.850 siswa SMA dan 1.494 siswa SMK selama empat hari (10/4-14/4) mulai melakukan ujian nasional ulangan di sekolah masing-masing.

Mereka ini merupakan bagian dari 19.362 siswa SMA/SMK/MA se-Kalteng yang dinyatakan tidak lulus UN utama tahun ajaran 2009/2010 dan diharuskan mengikuti UN ulangan.

Kepala Dinas Pendidikan Kalteng Hardy Rampay, Senin (10/4), mengatakan UN ulangan ini wajib diikuti oleh semua siswa yang dinyatakan gagal dalam UN utama karena ada salah satu mata pelajaran yang diikuti belum dinyatakan lulus.

”Mereka yang mata pelajarannya belum lulus memang harus mengulang melalui UN ulangan yang diadakan oleh sekolah masing-masing. Namun demikian para siswa tidak perlu khawatir karena bobot ijazah mereka sama dengan siswa yang lulus UN utama,” ujarnya.

Hardy mengakui, secara persentase kuantitas kelulusan tingkat SMA di Kalteng memang mengalami penurun, namun secara kualitas terdapat kenaikan yang signifikan. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah sekolah yang dulunya banyak muridnya tidak lulus, tapi tahun ini mereka bisa meluluskan semua siswanya.

”Bahkan untuk tingkat kejujuran, Kalteng masuk yang terbaik di Indonesia. Hal ini cukup mengembirakan karena kita bisa melaksanakan UN dengan baik, tanpa ada bantuan guru atau ada kecurangan”ujarnya.

Lebih lanjut Hardy menjelaskan, bagi siswa yang saat ini tengah mengikuti UN ulangan diminta untuk memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya agar hasilnya bisa maksimal.

”Mereka masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri, maka itu UN ulangan ini harus maksimal hasilnya untuk memperbaiki nilai mata pelajaran yang masih rendah,” tegasnya.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kalteng, tingkat kelulusan UN tahun ajaran 2009/2010 ini hanya mencapai 76 persen. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008/2009 yang mencapai 97 persen.

Asal Usul Manusia, Raja Bunu

Menurut kepercayaan agama Hindu Kaharingan, manusia berasal dari keturunan Raja Bunu yang menuju jalan pulang ke Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa).

Raja Bunu adalah anak dari pasangan Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameloh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun. Manyamei Tunggul Garing dan Kameloh Putak Bulau merupakan menurut Hindu Kaharingan adalah manusia yang pertama kali diciptakan oleh Ranying Hatalla Langit. Dan Raja Bunu memang diwariskan untuk menghuni bumi dengan ciri–ciri keturunannya bisa mati atau meninggal setelah keturunan ke sembilan. Ciri–ciri yang lain adalah Raja Bunu tidak bisa menginang, maka diganti makanannya diganti menjadi beras, lauk–pauk, dan lain-lain seperti makanan kita sekarang ini.

Raja Bunu dianugrahi oleh Ranying Hatalla Langit sebuah besi bernama Sanaman Lenteng. Sanaman Lenteng adalah sebuah besi yang tidak sengaja ditemukan oleh Raja Bunu sewaktu ia bermain di sungai dengan kedua saudaranya. Kedua saudara Raja Bunu itu masing–masing bernama Raja Sangen dan Raja Sangiang. Besi yang ditemukan oleh tiga bersaudara ini aneh, karena yang satu ujung besinya timbul ke permukaan air dan ujung yang lain tenggelam. Kalo dianalogikan, seharusnya seluruh batang besi itu tenggelam.

Raja Bunu secara tidak sengaja memegang ujung Sanaman Lenteng yang tenggelam dan kedua saudaranya memegang ujung yang timbul ke permukaan air, sehingga menurut ceritanya gara-gara Raja Bunu tidak sengaja memegang ujung dari Sanaman Lenteng yang tenggelam, maka kehidupannya tidak abadi seperti kedua saudaranya yang lain, yaitu Raja Sangen dan Raja Sangiang. Besi yang mereka dapati itu akhirnya dibuat menjadi Dohong Papan Benteng (sejenis alat khas yang bentuknya seperti pisau) oleh ayah mereka.

Raja Bunu dan kedua saudaranya dianugrahi juga oleh Ranying Hatalla Langit seekor burung yang bernama Gajah Bakapek Bulau Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan. Mereka dianugrahi seekor burung itu ketika mereka sedang berada di sebuah bukit yang bernama Bukit Engkan Penyang.

Ketika mereka sudah mendapati burung itu, rupanya tiga saudara itu tidak ada yang mau mengalah dan terus berebut untuk mendapatkan burung itu. Tiba–tiba Raja Sangen menghunus dohong-nya lalu menghujamkannya ke arah burung itu. Sehingga darah burung itu pun keluar dan Raja Sangen pun berinisiatif untuk menampung darah burung tersebut ke sebuah sangku (sejenis mangkok). Dan dengan sekejap darah burung yang ditampung di dalam sangku itu pun berubah menjadi emas, berlian, dan permata.

Rupanya ayah ketiga bersaudara itu mengetahui perbuatan ketiga anaknya itu. Maka, dengan kesaktiannya sang ayah pun pergi menemui ketiga anaknya itu. Sesampainya di sana Manyamei Tunggul Garing (ayah mereka) melihat apa yang telah diperbuat oleh anaknya karena sang ayah merasa iba kepada burung itu dan takut ketiga anaknya kualat dengan Ranying Hatalla Langit atas perbuatan mereka, sang ayah pun dengan kesaktiannya menyembuhkan luka pada burung itu.

Karena rasa iri terhadap saudaranya yang mendapatkan emas, berlian, dan harta itu. Maka, Raja Sangiang pun menghujamkan dohong-nya ke arah burung itu sehingga darah burung itu pun keluar dengan derasnya dan ia pun melakukan hal yang sama yaitu mengambi sangku untuk menampung darah burung itu. Kejadiannya pun sama persis dengan yang didapatkan oleh Raja Sangen yaitu, emas, berlian, dan lain-lain. Dan ayah mereka pun akhirnya menyembuhkan luka pada burung tersebut. Sehingga burung itu pun sehat kembali.

Dan lagi–lagi keserakahan dan rasa iri itu menghinggapi Raja Bunu. Ia pun melakukan apa yang telah dilakukan oleh kedua saudaranya itu dan ia pun mendapatkan hasil yang sama seperti yang diperoleh oleh kedua saudaranya. Dan lagi–lagi sang ayah pun karena merasa iba akan burung itu maka ia pun menyembuhkan luka burung itu. Tetapi rupanya luka burung itu tidak dapat sembuh seperti sedia kala. Akhirnya burung itu terbang dengan membawa luka dan darahnya menetes membasahi wilayah itu. Darah burung yang menetes itulah yang kemudian menjadi kekayaan yang berlimpah ruah. Karena kondisi fisik burung itu yang semakin lelah dan lukanya semakin parah, burung itu pun akhirnya mati.

Akhirnya tempat burung itu mati dipenuhi dengan kekayaan yang abadi, dan menurut kepercayaan agama Hindu Kaharingan tempat itu disebut dengan Lewu Tatau (Surga).




RUMAH ADAT BETANG

Pada masa lalu, kehidupan suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan itu hidup secara berkelompok-kelompok. Di mana kehidupan yang mereka jalani pasti dilalui bersama, hal itu terwujud dalam sebuah karya yaitu, Huma Betang (Rumah Betang).

Betang memiliki keunikan tersendiri dapat diamati dari bentuknya yang memanjang serta terdapat hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni Betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda Betang. Hampir semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.


katingankab.go.id/ktg/images/foto/pariwisata4.jpg

Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.

Betang biasanya dihuni oleh 100-150 jiwa di dalamnya, sudah dapat dipastikan suasana yang ada di dalamnya. Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga.

Pada halaman depan Betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan Betang selain terdapat balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikorbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman Betang yang berfungsi sebagai rumah pemujaan.

Pada bagian belakang dari Betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti lisung atau halu. Pada Betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang Betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara tiwah.

Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi, atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai 'teman' yang setia pada saat berburu di hutan belanntara. Pada zaman yang telah lalu suku Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah menganggap anjing sebagai pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di hutan. Karena sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama layaknya manusia.

Sangat patut disayangkan seiring dengan modernisasi bangunan-bangunan masa sekarang, Betang kini hampir di ujung kepunahan, padahal Betang merupakan salah satu bentuk semangat serta perwujudan dari sebuah kebersamaan suku Dayak. Mungkin nanti Betang akan benar-benar punah tetapi merupakan tanggung jawab kita kepada leluhur untuk tetap mempertahankan semangat Huma Betang. Patut kita sadari di dalam diri ini pasti terdapat rasa untuk tetap memperjuangkan kebudayaan dari leluhur.




BIOSKOP 21 PALANGKARAYA


Akhirnya, ini dia yang selama ini ditunggu-tunggu oleh penduduk kota Palangka Raya, terutama bagi para pecinta film yang tak ingin melewatkan untuk selalu dapat menonton film-film teranyar dengan layar dan sound yang maksimal.

Tanggal 4 September 2009 ini merupakan pembukaan perdana studio 21 yang terletak di lantai 4 Palangka Raya Mall (Palma). Terdiri dari 4 studio dan dengan lobby yang lumayan luas (bahkan lebih luas dari 21 milik kota tetangga, Banjarmasin), menjadikannya sebagai salah satu alternatif baru bagi kawula muda sekalian yang ingin menghabiskan akhir pekan ataupun jam-jam santai sembari menonton film favorit. Didukung dengan harga tiket yang sangat terjangkau; yaitu Rp. 10.000,- untuk hari Senin-Jum’at, dan Rp. 15.000,- untuk Sabtu, Minggu, dan hari libur, sungguh satu alasan yang bagus untuk menghabiskan waktu bersama kerabat, teman, atau seseorang yang spesial sambil menikmati menonton film dengan segala kelebihan yang bisa ditawarkan dari menonton film di bioskop sekaliber 21.

Pembangunan 21 sendiri telah dimulai sejak beberapa bulan yang lalu. Walaupun saya sendiri tadinya sangsi bahwa yang dibangun adalah lantai khusus untuk studio 21, ternyata memang benar adanya, dengan direalisasikannya studio-studio tersebut pada hari ini. Yang dijamin saat pembukaan akan dibanjiri oleh penduduk Palangka Raya--yang memang memiliki kebiasaan selalu ingin tahu tiap 'barang baru' yang ada di kota cantik ini; dan bertahan 1 hingga 2 minggu setelah hari pembukaan, dan setelahnya akan menjadi lengang; tapi semoga saja tidak untuk studio 21 yang memang sudah ditunggu-tunggu keberadaannya sejak lama--sudah pasti semua tiket dari tiap film yang ditawarkan akan sold out, apalagi film-film yang ditawarkan memang masih tergolong film baru dan sudah ditunggu-tunggu sejak lama, seperti Transformers: Revenge of the Fallen, Ketika Cinta Bertasbih, dan sebagainya.

Namun, saya sedikit khawatir dengan ditambahnya satu lantai baru di Palma yang memang awalnya dirancang hanya untuk 3 lantai (belum termasuk basement), menjadi 4 lantai. Yah, semoga saja kekhawatiran ini tidak terjadi (runtuh atau sejenisnya karena kelebihan beban). Dan mengenai keadaan di TKP, saya sendiri belum sempat mengecek untuk hari ini. Tapi, dengar-dengar dari mata-mata saya yang sudah saya tempatkan di TKP, memang tiada kata lain yang bisa menggambarkan keberadaan 21 di Palangkaraya ini selain: "mantafff...!"

Tulisan ini akan saya perbaharui secepatnya dan mencari data-data langsung dari TKP. Jadi, tunggu saja kabar selanjutnya dari saya.

Sabtu, 01 Mei 2010

Senjata Sumpit Dayak

Sumpit atau lebih dikenal di daerah Kalimantan Tengah dengan sebutan sipet adalah salah satu senjata yang sering digunakan oleh suku Dayak maupun oleh masyarakat Melayu. Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 218 yard atau sekitar 200 meter.

Dilihat dari bentuknya sumpit, sumpit memiliki bentuk yang bulat dan memiliki panjang antara 1,5-2 meter, berdiameter sekitar 2-3 sentimeter. Pada ujung sumpit ini diolah sasaran bidik seperti batok kecil seperti wajik yang berukuran 3-5 sentimeter. Pada bagian tengah dari sumpit dilubangi sebagai tempat masuknya damek (anak sumpit). Pada bagian bagian atas sumpit lebih tepatnya pada bagian depan sasaran bidik dipasang sebuah tombak atau sangkoh (dalam bahasa Dayak). Sangkoh terbuat dari batu gunung yang lalu diikat dengan anyaman uei (rotan).


4.bp.blogspot.com/_JhWfWPaIAV0/SCt_zde9DYI/AAAAAAAAAE0/LIS-PM0ZGzM/s400/23abig.jpg

Jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat sumpit pada umumnya adalah kayu tampang, kayu ulin atau tabalien, kayu plepek, dan kayu resak. Tak ketinggalan juga tamiang atau lamiang, yaitu sejenis bambu yang berukuran kecil, beruas panjang, keras, dan mengandung racun. Tidak semua orang memiliki keahlian dalam membuat sumpit atau sipet. Di Pulau Kalimantan saja hanya ada beberapa suku saja yang memiliki keahlian dalam pembuatan sumpit, yaitu suku Dayak Ot Danum, Punan, Apu Kayan, Bahau, Siang, dan suku Dayak Pasir.


malaysiana.pnm.my/Alat%20Tradisonal/buru_sumpitan_files/CaraSumpit.jpg

Dalam proses pembuatan sumpit atau sipet dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama ketrampilan tangan dari sang pembuat. Cara kedua, yaitu dengan menggunakan tenaga dari alam dengan memanfaatkan kekuatan arus air riam yang dibuat menjadi semacam kincir penumbuk padi. Harga jual sumpit atau sipet telah ditentukan oleh hukum adat, yaitu sebesar jipen ije atau due halamaung taheta.

Menurut kepercayaan suku Dayak sumpit atau sipet ini tidak boleh digunakan untuk membunuh sesama. Sumpit atau sipet hanya dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti berburu. Sipet ini tidak diperkenankan atau pantang diinjak-injak apalagi dipotong dengan parang karena jika hal tersebut dilakukan artinya melanggar hukum adat, yang dapat mengakibatkan pelakunya akan dituntut dalam rapat adat.